Sejarah Kelam Industri Gula Yang Belum Kamu Ketahui

Siapa sih yang ga suka manis?? Mulai dari anak-anak hingga dewasa, semua suka manis. Rasa manis, asal tidak berlebihan, memang bisa meningkatkan mood seseorang menjadi lebih ceria.

Maka dari itu berterimakasih-lah kita kepada gula. Berkat gula, kita bisa menikmati rasa manis kapanpun dan dimanapun. Ritual ngopi di pagi hari, atau ngeteh sore-sore gak akan senikmat sekarang kalau gak ada yang namanya gula.

Tapi di balik setiap sendok gula yang kita tuang, tersimpan sejarah panjang yang tidak seindah rasanya. Sejarah ini dipenuhi darah, keringat, dan air mata—dan sebagian besar dari kita mungkin belum pernah mendengarnya. Berikut ini adalah sejarah kelam industri gula yang pernah terjadi.

mangkuk yang terisi penuh gula pasir berwarna putih

Sejarah Gelap yang Tersembunyi di Balik Kristal Gula

Perjalanan gula dimulai ribuan tahun lalu di Asia, sebelum akhirnya dibawa ke Eropa melalui jalur perdagangan Arab. Saat permintaan gula di Eropa meledak pada abad ke-16, bangsa-bangsa kolonial mulai membuka perkebunan tebu di Karibia, Amerika Selatan, dan Asia Tenggara.

Tapi ada harga yang harus dibayar: jutaan orang Afrika diperbudak dan dipaksa bekerja di perkebunan tebu. Mereka dikirim melintasi Atlantik dalam kondisi mengerikan, banyak yang meninggal di perjalanan. Yang selamat harus bekerja di bawah terik matahari, memotong tebu berjam-jam tanpa alat pelindung, dan tidak jarang mereka juga mendapatkan perlakuan kejam dari para pengawas.

Perbudakan yang Belum Berakhir

Kita mungkin mengira perbudakan seperti yang dialami bangsa Afrika telah berakhir berabad-abad lalu, tapi kenyataannya bentuk modern perbudakan masih terjadi sampai sekarang. Laporan dari beberapa organisasi HAM mengungkap kerja paksa di industri gula di berbagai negara, termasuk anak-anak yang dipaksa turut membantu di ladang.

Upah rendah, jam kerja yang panjang, dan minimnya perlindungan kesehatan membuat pekerja terjebak dalam situasi yang mengerikan. Di beberapa daerah, pekerja bahkan harus berutang pada pemilik lahan hanya untuk membeli makanan, sehingga membuat mereka tak bisa keluar dari lingkaran penderitaan.

Dampak Lingkungan yang Tidak Terlihat

Selain penderitaan manusia, industri gula juga meninggalkan jejak ekologis yang besar. Perkebunan tebu sering kali dibangun dengan menggunduli hutan, dan menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati.

Proses pengolahan tebu juga menghasilkan limbah yang mencemari air dan tanah. Di beberapa negara, limbah cair pabrik gula dibuang langsung ke sungai, membunuh ikan dan merusak ekosistem lokal.

Mengapa Fakta Ini Jarang Dibicarakan?

Industri gula memiliki citra yang sangat “manis” di mata publik, berkat iklan dan kampanye pemasaran yang memikat. Media jarang membahas sisi gelapnya karena tekanan ekonomi dan politik dari perusahaan besar yang menguasai pasar.

Penutup

Mengetahui fakta ini bukan berarti kita harus sepenuhnya menghindari gula, tapi setidaknya kita bisa mulai membuat langkah kecil yang berdampak besar, salah satunya adalah dengan mengurangi konsumsi gula. Selain baik untuk kesehatan, juga mengingatkan kita bahwa ada jutaan pekerja yang menderita di balik manisnya gula yang kita konsumsi.

 

Sumber foto :

Photo by Faran Raufi on Unsplash 

Komentar

POPULAR POST

Kecoa, Serangga Kecil yang Sudah Ada Sejak Jaman Dinosaurus

Awas! Minum Air Putih Kebanyakan Bisa Berakibat Fatal

Frugal Living: Rahasia Hidup Hemat dan Bebas Stres Finansial